Wanita adalah simbol keindahan yang diciptakan sebagai
perhiasan dunia. Tetapi, di sisi lain wanita juga identik dengan simbol
kekerasan dan pelecehan. Selama ini kita sering melihat adanya dominasi budaya
patriarki yang menimbulkan berbagai bentuk ketidak–adilan, diskriminasi dan berbagai bentuk kekerasan yang banyak menimpa kaum wanita. Meskipun gema
aspirasi bergaung meneriakan emansipasi dan anti diskriminasi terhadap
kaum wanita, tetapi semakin kencang teriakan-teriakan tersebut semakin banyak
pula wanita–wanita yang tersakiti dan diperlakukan dengan tidak adil. Kaum
wanita sering dianggap sebagai sosok yang lemah dan tidak pantas untuk bersaing
dan disamakan kedudukannya dengan kaum lelaki. Peran wanita cenderung dikaitkan
dengan peran seorang ibu rumah tangga, yang tugasnya hanya di rumah dan
mengurus anak, yang pada akhirnya masyarakat berasumsi bahwa itulah ''kodrat''
seorang wanita.
Khusus di Provinsi Aceh, emansipasi wanita tentunya akan
bertabrakan dengan pemikiran-pemikiran masyarakat yang kurang fleksibel, dimana
masyarakat tersebut tetap akan memberikan stigma dan mengamini bahwasanya kaum
wanita berada di bawah kaum lelaki. Dogma yang membuat masyarakat menjadi
“sedikit” sinis dengan pergerakan emansipasi wanita. Padahal sejatinya, pergerakan
emansipasi wanita adalah pergerakan yang memperjuangkan hak wanita sebagai
bagian dari masyarakat seperti halnya kaum lelaki, bukannya persamaan kodrat
mutlak yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. ke tiap–tiap kaum (wanita dan
lelaki).
Jika kita membuka kembali lembar sejarah, sebenarnya kaum
wanita memiliki pengaruh dan peranan yang sangat penting dalam berbagai segi
kehidupan, khususnya di Aceh. Berdasarkan catatan sejarah, dapat diketahui
bahwa tumbuh kembangnya masyarakat Aceh tidak pernah terlepas dari peran kaum
wanita, baik dalam pemerintahan maupun dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam
pemerintahan kerajaan, siapa yang tidak mengenal ratu Safiatuddin, salah satu
generasi pemimpin Kesulthan Aceh yang juga mempertahankan kejayaan kesultanan pimpinan.
Ada pula Laksamana Cut Keumalahayati, Laksamana wanita di dunia. ''Diplomasi,
diplomasi, diplomasi, perang!'' merupakan pernyataan yang dikemukakan oleh
Laksamana Cut Keumalahayati yang membuat Aceh mendapat tempat istimewa di mata
dunia Internasional.
Dalam pemerintahan sekarang, kita bisa melihat bagaimana sosok Illiza Sa’aduddin Djamal, Pj Walikota Banda Aceh yang mampu menggantikan peran Alm. Mawardi Nurdin dengan begitu baik. Dari dunia akademisi, saya selaku mahasiswi Universitas Malikussaleh, menjadi saksi sejarah ketika kemampuan akademis dan kepemimpinan Dr. Ir. Mawardati, M.Si. sosok dosen yang cukup disegani dan diidolakan oleh banyak mahasiswa. Berkat kemampuan dan jiwa kepemimpinannya yang tinggi, beliau berhasil mendapatkan posisi sebagai dekan wanita pertama di Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.
Dalam pemerintahan sekarang, kita bisa melihat bagaimana sosok Illiza Sa’aduddin Djamal, Pj Walikota Banda Aceh yang mampu menggantikan peran Alm. Mawardi Nurdin dengan begitu baik. Dari dunia akademisi, saya selaku mahasiswi Universitas Malikussaleh, menjadi saksi sejarah ketika kemampuan akademis dan kepemimpinan Dr. Ir. Mawardati, M.Si. sosok dosen yang cukup disegani dan diidolakan oleh banyak mahasiswa. Berkat kemampuan dan jiwa kepemimpinannya yang tinggi, beliau berhasil mendapatkan posisi sebagai dekan wanita pertama di Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.
Beberapa sosok yang tersebut di atas, telah memberikan
gambaran yang jelas bahwa kaum wanita juga memiliki potensi yang luar biasa
dalam hal kepemimpinan dan dapat berperan dalam perkembangan bangsa. Proses
yang telah mereka lalui tersebut adalah esensi dari pergerakan emansipasi
wanita. Hal tersebut sudah seharusnya diperjuangkan secara utuh, dengan dasar
niat demi kebaikan kehidupan secara menyeluruh.
Dalam kehidupan berumah tangga, peran wanita sebagai
seorang istri juga tidak kalah pentingnya dengan peran lelaki (suami). Jika
sebuah rumah tangga diibaratkan sebagai sebuah kapal, maka seorang suami
bertugas menjadi seorang nahkoda, istri berperan menjadi wakil nahkoda, dan
anak adalah awak kapal. Dalam pemenuhan ekonomi rumah tangga, saya merasa
peng-analogisan tersebut sangat tepat. Ketika suami yang selama ini diyakini
sebagai sosok yang wajib menafkahi keluarga tidak mampu menjalankan
kewajibannya dengan baik, maka peran istri sudah sepatutnya menutupi kekurangan
suami. Dengan kata lain, istri juga harus bisa mandiri, tidak selamanya harus
bergantung pada suami. Berdasarkan penelitian tentang peranan wanita dalam
pemenuhan kebutuhan pokok keluarga Gampong Meunasah Dayah Muara Satu Kota
Lhokseumawe, Samsul Rizal (2003) menyimpulkan bahwa peran wanita peran wanita
sangat mendukung kestabilan ekonomi rumah tangga. Kestabilan ekonomi rumah
tangga merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keutuhan rumah
tangga, oleh karena itu, istri (wanita) wajib mengambil peran dengan baik, guna
membangun harmonisasi rumah tangga.
Bila membicarakan konsep kesetaraan gender dalam agama
Islam, Islam tidak pernah menghalangi kesetaraan gender antara lelaki dan
wanita. Dalam ajaran Islam, pada dasarnya semua manusia memiliki derajat yang
sama. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt :
''... para wanita mempunyai hak yang seimbang
dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf” (Al-Baqarah : 228).
Selain itu, sesuai dengan pengakuan salah seorang sahabat
Rasululullah, yaitu Umar Bin Khattab, beliau berkata :
''Pada masa jahiliyah, wanita itu tidak ada
harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita
itu sederajat dengan laki-laki”.
Dari kedua dalil diatas, sudah sangat jelas bahwa, anggapan
bahwa Islam melarang emansipasi wanita adalah suatu kekeliruan. Justru
sebaliknya, Islam sangat mendukung adanya kesetaraan gender antara kaum wanita
dan laki-laki. Akan tetapi, tuntutan kesetaraan gender juga tidak boleh
melewati garis kodrat yang telah ditentukan. Adalah hal yang wajar jika kaum
wanita menuntut persamaan hak dan kedudukan dengan kaum lelaki dalam dunia
pendidikan, politik, dan berbagai kehidupan lainnya. Namun, di sisi lain wanita
juga tidak boleh melupakan kodrat dan tanggung jawabnya sebagai seorang wanita.
Dalam keluarga dan kehidupan rumah tangga, seorang wanita tetap memiliki
perananan sebagai seorang istri yang berbakti pada suami dan menjaga fitrah
keibuannya terhadap anak.
Secara khusus, banyak hal dan potensi yang dapat digali
dari sosok seorang wanita, baik dalam pemerintahan maupun rumah tangga. Untuk
itu, perlu adanya perhatian khusus untuk menghargai ''keberadaan'' kaum wanita.
Salah satunya adalah dengan menanamkan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender
dalam kehidupan masyarakat. Jika nilai–nilai kesetaraan dan keadilan gender
dapat dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara, maka berbagai permasalahan dan ketidak-adilan yang membelenggu
hak-hak kaum wanita dapat teratasi. Untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan
bagi kaum wanita harus dilakukan beberapa misi, antara lain adalah :
(1)
Meningkatkan kualitas hidup kaum wanita,. Dengan meningkatnya kualitas hidup
kaum wanita, maka akan berdampak pada kualitas anak yang dikandung, dilahirkan,
dan dibesarkan. Sehingga akan mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang
cerdas dan berpotensi. Artinya, peningkatan indeks pembangunan manusia tidak
pernah terlepas dari kualitas hidup kaum wanita.
(2)
Melibatkan peran dan membuka wawasan kaum wanita dibidang politik dan jabatan
publik. (3) Menghapuskan segala bentuk kekerasan terhadap kaum wanita,
Pada dasarnya, lelaki dan wanita diciptakan dengan segala
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai suatu kesempurnaan,
antara kaum lelaki dan wanita itu harus saling melengkapi dan mendukung satu
sama lain, bukan saling mendominasi. Hal tersebut tentunya berlaku tidak hanya
di dalam rumah tangga, tapi juga dalam berbagai sendi kehidupan. Dengan adanya kesetaraan
gender antara laki-laki dan wanita, harapan kehidupan lebih baik dan mencapai
kesempurnaan dalam berbagai segi kehidupan akan lebih mudah terwujud.
Note: Tulisan ini pernah diikutsertakan dalam lomba menulis opini yang diselenggarakan oleh LBH APIK Aceh.
Bereh_______Lanjoetkan.....! kata Bang Beye.
BalasHapusTeurimoeng geunaseh Tgk,,,,,
HapusMohon kritik dan sarannya...