Jumat, 22 Januari 2016

Menyikapi Perbedaan dalam Islam

          Islam adalah agama rahmatan alamin. Sejak awal diturunkannya, ajaran Islam penuh dengan kedamaian, tanpa unsur kekerasan dan pemaksaan. Sikap toleransi yang ditanamakan Islam kepada umatnya tidak hanya dilingkungan sesama penganut agama Islam saja, tapi juga terhadap non-muslim. Namun dibalik semua nilai-nilai kedamaian, kemanusian, dan toleransi yang ajarkan dalam agama Islam, apakah sudah menjadikan Islam sebagai agama yang paling kuat dan mendapat apresiasi dari semua pihak?

Jika melihat kenyataan yang terjadi di lingkungan eksternal umat Islam saat ini, masih terdapat berbagai problematika yang mungkin terlihat sepele tapi sulit untuk diselesaikan. Di balik nilai-nilai keindahan yang terkandung di dalamnya, di sisi lain Islam juga sering dianggap sebagai agama yang keras, kejam, dan agama para teroris oleh pihak-pihak tertentu
Hal ini disebabkan karena adanya kelompok-kelompok dari partai Islam yang sering melakukan aksi-aksi yang dianggap mengganggu ketentraman masyarakat. Bukan hanya masalah teroris yang diklaim mengganggu ketentraman umat manusia, perdebatan-perdebatan yang terjadi di lingkungan internal umat Islam yang mengundang terjadinya perpecahan antar umat Islam itu sendiri  juga dapat menurunkan citra Islam di mata agama lain.
Bukan hanya masalah teroris yang diklaim mengganggu ketentraman umat manusia, perdebatan-perdebatan yang terjadi di lingkungan internal umat Islam yang mengundang terjadinya perpecahan antar umat Islam itu sendiri  juga dapat menurunkan citra Islam di mata agama lain. 

Perbedaan Pendapat
            Di balik nilai-nilai toleransi yang diajarkan dalam Islam, tapi nyatanya nilai-nilai tersebut masih sangat sulit diterapkan dalam kehidupan masyarakat islam itu sendiri. Terutama bagi mereka yang mengaku aktivis Islam, Sampai berbuih-buih mulutnya karena berkoar-koar di muka publik. Tapi, dalam penerapannya tak selantang dengan suara yang mereka teriakkan.
            Masalah lain yang sampai hari ini sering menimbulkan perpecahan antar umat islm adalah adanya perbedaan pendapat dalam memahami beberapa hukum yang tidak dirincikan secara mendetail dalam al quran. Masing-masing sibuk mempertahankan ego dan menganggap pendapat sendiri paling benar. Bahkan, ada yang spontan mencas orang lain sesat karena tidak sependapat dengan pemahamannya.
            Dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan pendapat dan cara pandang dalam menyikapi suatu masalah memang lumrah terjadi. Karena manusia diciptakan Allah memang tidak ada yang sama. Setiap individu tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka tak heran jika dalam beragama pun, terdapat banyak hukum yang muncul. Jangankan kita yang masih tergolong orang awam, para Imam saja memiliki pendaat yang berbeda dalam merincikan hukum yang belum rinci dalam al quran dan hadis. Akan tetapi, meski memiliki pendapat yang berbeda mereka tidak pernah mengatakan pendapat imam yang lain itu salah. Berbeda dengan umat islam zaman sekarang.
            Sampai hari ini masih banyak perbedaan yang mengundang terjadinya perdebatan sesama orang Islam. Mulai dari masalah memperingati maulid nabi, jumlah rakaat pada salat tarawih, hukum membaca qunut subuh, dan berbagai permasalahan lain yang terus diperdebatkan sampai hari ini.
Berbicara masalah maulid, tidak ada gunanya kita saling menuding dan menyalahkakan orang lain. Masing-masing punya alasan tersendiri. Bagi mereka yang tidak mau kenduri maulid, memiliki alasan karena segala sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh nabi termasuk perbuatan bid’ah. Sedangkan bagi mereka yang senang dengan melaksankan maulid, juga memiliki alasan yang cukup masuk akal. Menyambut hari kelahiran nabi adalah sebagai salah satu bukti  kecintaan mereka kepada nabi.
Begitu pula dengan masalah salat tarawih danunut subuh. Tak ada yang perlu diperdebatkan. Karena masing-masing memiliki dalil serta alasan yang cukup logis. Ada pijakan yang mereka ambil. Lalu, apa yang perlu diperdebatkan? Apakah dengan perdebatan-perdebatan yang penuh caci-maki dan kerusuhan, agama Islam akan mengalami peningkatan? Bagaimana kita bisa menghadapi badai dari luar, sementara kekuatan yang ada di dalam saja tidak bisa kita jaga.

Menyikapi Perbedaan
            Jika umat Islam saat ini selalu mempeributkan masalah perbedaan pendapat, maka Islam tidak pernah bisa bersatu. Sedangkan persatuan adalah kekuatan terbesar yaang diperlukan oleh setiap umat beragama untuk menjaga keutuhan dan kekokohan agamanya. Jika umat Islam saat ini masih saling bermusuhan sesama Islam, saling mencela, saling mencurigai, dan menganggap dirinya paling benar, maka kekuatan umat islam sangat mudah untuk goyang.
            Perpecahan yang terjadi dalam umat Islam menjadi kesempatan emas bagi pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan Islam. Maka tidak heran jika belakangan ini banyak umat Islam yang begitu mudah berpaling ke agama lain. Tak terkecuali Aceh yang dikenal sebagai Nanggroe Seuramoe Makkah yang kental dengan nilai-nilai agama, nyatanya ajaran sesat juga banyak masuk dalam kehidupan masyarakat.
            Mengapa hal ini bisa terjadi? Jawaban yang paling simpel tentu karena iman mereka sangat tipis. Namun di luar itu, pernahkah kita berfikir kenapa aliran sesat itu bisa masuk dalam kehidupan masyarakat? Hal ini disebabkan karena saat ini umat Islam tidak memiliki benteng yang kokoh untuk menghadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkan Islam.
            Umat Islam saat ini sterlalu ibuk memperdebatkan masalah perbedaan-perbedaan cara beribadah dan hukum-hukum yang terdapat dalam agama Islam, sehingga mereka lupa akan kewajiban dalam mempertahankan kekokohan umat. Jika perbedaan ini terus diperdebatkan, maka tidak akan pernah ada titik penyelesaiannya dan Islam akan terus berada dalam perpecahan.
            Oleh karena itu, sebagai orang awam kita bisa berpedoman pada hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh para imam dan ulama-ulama besar yang dianggap mampu dalam mengkaji hukum-hukum Islam. Namun masalahnya sekarang adalah tidak semua ulama memiliki pendapat yang sama dalam memandang dan menetapkan suatu hukum. Maka yang perlu kita lakukan adalah mengikuti hukum yang telah ditetapkan oleh para ulama.
             Kita boleh memilih mana yang menurut kita paling benar dan sesuai. Namun, jangan menyalahkan orang lain yang tidak sama dengan keyakinan kita. Jika ada yang bertanya siapa yang perlu diluruskan, orang yang melakukan salat tarawih 20 rakaat atau delapan rakaat, maka jawaban yang paling tepat adalah orang yang tidak pernah melaksanakan salat tarawih. Siapa sebenarnya yang sesat, antara orang yang salat subuh tanpa qunut atau yang  membaca qunut, maka jawaban paling tepat adalah orang yang tidak pernah salat Subuh.
            Semoga dengan adanya kesadaran dalam diri setiap umat islam akan pentingnya sikap toleransi, saling melindungi, dan menghargai pendapat orang lain. Sehingga akan tercipta ukhwah yang kuat antar umat islam.
            


Note: Tulisan ini pernah dimuat di media online  "Lintas Nasional".

http://www.lintasnasional.com/2016/01/09/opini-menyikapi-perbedaan-dalam-islam/