Namun, pada kenyataannya dari tahun ke tahun masalah
gizi yang menimpa negeri ini masih sangat memprihatinkan. Menurut data Global
Nutrition Report (2014), Indonesia
memiliki masalah gizi yang kompleks. Indonesia termasuk ke dalam 31 negara yang
tidak akan mencapai target global untuk menurunkan angka kurang gizi di tahun
2015. Hal itu ditunjukkan oleh banyaknya penyakit yang disebabkan karena faktor
gizi. Data pemerintah menunjukkan, 37% anak balita menderita stunting, 12% menderita wasting dan 12% mengalami kelebihan
berat badan.
Pertanyaannya, keadaan gizi seperti apakah yang diperingati
selama ini? Sudah tercukupikah kebutuhan gizi dan pangan masyarakat kita? Lalu,
mengapa masih banyak anak-anak dan balita yang menderita busung lapar akibat
kekurangan gizi? Adakah yang salah dari peringatan tersebut? Barangkali
pertanyaan-pertanyaan itu selama ini terus menggulir dalam pikiran kita.
Sebatas
Seremonial
Selama ini peringatan Hari Gizi Nasional sepertinya hanya
sebagai seremonial belaka. Tanpa aksi nyata untuk menanggulangi musibah gizi
buruk yang menimpa negeri ini. Hal ini cukup beralasan, karena sampai hari ini peringatan hari gizi yang dilakukan setiap
tahunnya belum mampu menjawab penderitaan masyarakat miskin untuk bisa memenuhi
kebutuhan gizi dan makanan yang higenis untuk keluarga dan anak-anaknya.
Moment Hari Gizi yang lahir atas rasa kepedulian dan
komitmen pemerintah untuk memperbaiki
kondisi gizi masyarakat terkesan semu. Berbagai program pengendalian kemiskinan
dan usaha untuk mengatasi permasalahan gizi yang dilakukan oleh pemerintah pun menunjukkan
hasil yang maksimal. Masyarakat miskin masih banyak yang tidak mampu memenuhi
makanan yang sehat dan bergizi untuk anak-anaknya.
Padahal, sebagai negara agraris tidak sewajarnya kita di hadapkan pada masalah gizi
buruk dan busung lapar yang menimpa anak-anak dan balita dari keluarga miskin.
Penduduk indonesia sebagian besar bekerja sebagai petani yang memproduksi
kebutuhan pangan dan ternak, ikan-ikan yang ada di laut Indonesia juga melimpah
ruah. Bukankah gizi yang dibutuhkan oleh manusia berasal dari hasil produksi
itu?
Hal ini seharusnya menjadi tamparan bagi pemerintah
agar lebih peka dalam memperhatikan kesejahteraan masyarakat miskin. Masyarakat
memilih wakil rakyat bukan untuk duduk santai di kursi pemerintahan, atau
sekedar blusukan di televisi. Masyarakat butuh sosok pemimpin yang mampu
memberikan solusi untuk menjawab segala permasalahan yang menimpa negeri ini.
Membangun
Kesadaran akan Pentingnya Gizi
Berbicara masalah gizi, maka tidak akan terlepas
dari makanan yang dikonsumsi manusia setiap harinya. Gizi memiliki peran yang
sangat penting terhadap pertumbuhan tubuh dan pembentukan jaringan otak,
terutama bagi balita dan anak-anak. Kekurangan gizi dan mengkonsumsi makanan
yang tidak bergizi akan berakibat fatal terhadap balita dan anak-anak.
Masalahnya, saat ini masih banyak orang tua yang tidak terlalu peduli terhadap
masalah gizi. Baik karena kelalaian, lingkungan maupun karena faktor ekonomi.
Tapi, umumnya masalah gizi buruk yang terjadi dalam masyarakat disebabkan
karena kondisi ekonomi. Banyak masyarakat
miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi untuk anak-anaknya. Jangankan
untuk membeli susu dan daging, untuk membeli beras saja mereka belum tentu
mampu. Lalu, siapa yang harus disalahkan dalam keadaan memilukan seperti ini?
Berbicara tentang siapa yang salah, dalam
permasalahan gizi di negeri ini kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena
banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah gizi buruk. Hal
terpenting yang harus kita lakukan sekarang adalah, berusaha untuk mencari
solusi agar masalah gizi buruk ini bisa diatasi. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dan kerjasama pemerintah dan seluruh komponen masyarakat dalam rangka
memperbaiki kondisi gizi di negeri ini.
Pemerintah diharapkan bisa lebih peka terhadap
kondisi masyarakat miskin di Indonesia. Sehingga setiap kebijakan yang dibuat
tidak akan menyusahkan rakyat. Semua program yang telah dirancang guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat diharapkan bisa terealisasi dengan baik. Tidak
ada lagi oknum-oknum yang masih bermain api dalam program pemerintah demi
kepentingan pribadi.
Sektor pertanian, kelautan dan perdagangan diharapkan
bisa bekerjasama dalam meningkatkan ketersediaan makanan bergizi dan air bersih
bagi masyarakat. Sehingga tidak ada lagi masyarakat miskin yang tidak bisa
memperoleh air bersih, tidak ada lagi masyarakat yang terpaksa mengkonsumsi
beras plastik, dan berbagai panganan tak sehat lainnya. Hasil produksi pertanian yang ada di
Indonesia diharapkan bisa mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.
Pihak kesehatan seperti puskesmas dan posyandu
diharapkan bisa memberi pelayanan kesehatan yang memadai terhadap masyarakat. Masyarakat
juga perlu diberi pemahaman tentang kesehatan terutama masalah gizi. Karena selama ini banyak masyarakat kita yang
masih awam terhadap masalah gizi dan dunia kesehatan.
Selain itu, sebagai masyarakat sudah seyogyanya kita
menyadari akan pentingnya gizi bagi kesehatan, terlebih bagi anak-anak dan
balita. Oleh karena itu, kita harus benar-benar memperhatikan dan menjaga agar
setiap makanan dikonsumsi adalah yang makanan yang bergizi serta tidak
berbahaya bagi kesehatan. Makanan bergizi tidak harus mahal, banyak
sayur-sayuran dan buah-buahan segar yang bagus untuk kesehatan bisa kita tanam
di perkarangan rumah. Semoga dengan adanya kesadaran semua pihak akan arti
penting gizi, Insya Allah usaha untuk memperbaiki masalah gizi di negeri ini
akan menjadi kenyataan. Indonesia akan menjadi negeri yang sehat, cerdas, dan
sejahtera.
Tulisan ini pernah dimuat di media online "Lintas Nasional".
http://www.lintasnasional.com/2016/01/23/opini-seremoni-hari-gizi-nasional/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar